Minggu, 25 Oktober 2009

Eceng Gondok,

Banyak orang yang mengatakan bahwa eceng gondok merupakan tumbuhan pengganggu (gulma) diperairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Tetapi dibalik itu, eceng gondok ternyata juga mempunyai beberapa manfaat diantaranya merupakan sumber lignoselulosa yang dapat dikonversi menjadi produk yang lebih berguna, seperti pakan ternak. Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.


Sama dengan tumbuhan lainnya, eceng gondok juga mempunyai nama latin yaitu : Eichhornia crassipes.

Klasifikasi Eceng Gondok

Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Suku : Pontederiaceae

Marga : Eichhornia

Jenis : Eichhornia crassipes Solms

Manfaat Eceng Gondok

Dalam sebuah Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang dilaksanakan Universitas Jember, seorang sisiwa yang bernama Ni Putu Yeni Kendarinny, siswa SMAN 3 Denpasar berhasil meraih juara I karena paparannya soal rahasia eceng gondok, ternyata mampu mengalahkan puluhan finalis lainnya. Ia mengangkat eceng gondok karena tanaman air ini tak dilirik masyarakat, padahal dia memiliki manfaat bagi ilmu kedokteran, peluang ekspor dan ajang bisnis.

Semua komponen tanaman eceng gondok ini bisa dimanfaatkan. Pertama, katanya, hasil labnya menunjukkan eceng gondok mampu mengikat unsur logam dalam air. Makanya tanaman ini hanya cocok hidup di air yang kotor dibandingkan air bersih. Kedua, daunnya bisa dipakai bahan pakan ternak. Ketiga, seratnya bisa dipakai bahan kerajinan tangan dan sudah banyak diekspor ke luar negeri. Keempat, batangnya bisa dipakai penyangga rangkaian bunga. Peluang inilah, menurut Yeni, belum maksimal dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga belum ada yang sampai membudidayakan eceng gondok di Bali.

Selain dikenal dengan nama eceng gondok, ternyata dibeberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.

Jumat, 23 Oktober 2009

metana

Metana Sebagai Hasil dari Dekomposisi Bahan Organik di TPA dan Lindi Sebagai Sumber Pencemar Air Tanah


Penanganan akhir dari sampah yang terdapat disuatu kota di Indonesia adalah dengan menempatkan sampah di Tempat Pembuangan Akhir. Pengelolaan yang tidak serius dapat menyebabkan kerugian bahkan bencana yang tidak terduga. TPA Leuwigajah yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi dan Kecamatan Batujajar, Kab. Bandung menjadi salah satu contoh yang harus ditanggapi dan memerlukan kepedulian dari Pemkot Bandung, Cimahi, dan Pemkab Bandung sebagai pemanfaat TPA tersebut.



Longsor sampah yang menimbun puluhan rumah penduduk di Kp. Cilimus dan Kp. Gunung Aki, Kec. Batujajar, Kab. Bandung, serta Kp. Pojok, Kec. Cimahi Selatan, Kota Cimahi menjadi pertanyaan apa sebenarnya yang menjadi penyebab hal tersebut. Kejadian longsor yang terjadi di TPA Leuwigajah merupakan hal yang ironis. Sistem pengelolaan sampah yang tidak sesuai dengan perencanaan dan perancangan yang baik menjadi penyebabnya. TPA Leuwi gajah sendiri merupakan TPA dengan pengelolaan sampah open dumping, walaupun sebelumnya disebutkan menerapkan metode sanitary landfill.

Menurut Damanhuri (2004) terdapat beberapa permasalahan yang terjadi bila masih menerapkan metode open dumping. Pencemaran air tanah oleh lindi karena tidak adanya lapisan dasar dan tanah penutup akan menyebabkan leachate semakin banyak dan dapat mencemari air tanah. Pencemaran udara akibat gas, bau dan debu. Akibat dari produksi gas dari degradasi sampah. Resiko kebakaran akibat gas metana yang mudah terbakar yang dihasilkan dari degradasi sampah. Berkembangnya vektor penyakit seperti tikus, lalat dan nyamuk akibat bersarang di timbunan sampah yang menjadi sumber makanan mereka. Selain itu estetika lingkungan berkurang karena lahan tidka dikelola dengan baik.



Berbagai pihak telah sepakat untuk meninggalkan cara open dumping dan menerapkan metode yang lebih ramah lingkungan yaitu metode sanitary landfill. Hanya saja pengelola masih enggan karena mahalnya biaya operasi untuk pengadaan dan aplikasi tanah penutup harian (Damanhuri ,2004).

Pada tulisan ini akan dibahas mengenai degradasi bahan organik yang dapat menghasilkan gas metana yang mudah terbakar dan dapat menjadi penyebab kebakaran. Selain itu lindi yang dapat berperan sebagai pencemar air tanah diulas lebih lanjut.



Dekomposisi bahan organik

Proses dekomposisi di TPA sanitary landfill secara umum terjadi pada tiga tahap, pertama dekomposisi aerobik yang mendominasi keseluruhan proses, tahap ini biasanya sangat pendek karena terbatas pada jumlah oksigen dan nilai BOD yang tinggi dari sampah padat. Setelah oksigen menurun, dekomposisi oleh organisme fakultatif anaerobik lah yang mendominasi. Selama tahap ini volatil fatty acid dalam jumlah yang besar diproduksi. Asam ini menurunkan pH hingga antara 4-5. Dengan pH yang rendah membantuk bahan anorganik melarut, bersamaan dengan konsentrasi volatil acid yang meningkat, menghasilkan kekuatan ion yang tinggi. Tahap kedua dari proses anaerobik terjadi ketika jumlah bakteri methanogenesis meningkat. Volatil acid yang diproduksi oleh bakteri fakultatif anaerobik dan bahan organik lain dirubah menjadi metana dan karbondioksida.(Qasim,1994)



Dekomposisi sampah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik dapat mengakibatkan produksi gas bio. Secara garis besar proses pembentukan gas bio dapat dilihat pada Gambar 1 dan dibagi dalam tiga tahap yaitu: hidrolisis, asidifikasi (pengasaman) dan pembentukan gas metana (Sufyandi, 2001).

Pada tahap hidrolisis, bahan organik dienzimatik secara eksternal oleh enzim ekstraselular (selulose, amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek. Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida sedangkan protein diubah menjadi peptida dan asam amino.



Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen (H2) dan karbondioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metana.



Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk metana dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme penghasil asam.



Komposisi gas bio berkisar antara 60 – 70% metana dan 30 – 40% karbon dioksida. Gas bio mengandung gas lain seperti karbon monoksida, hidrogen, nitrogen, oksigen hidrogen sulfida, kandungan gas tergantung dari bahan yang masuk ke dalam biodigester. Nitrogen dan oksigen bukan merupakan hasil dari proses. Hidrogen merupakan hasil dari tahap pembentukan asam, pembentukan hidrogen sulfida oleh bakteri sulfat disebabkan oleh konsentrasi ikatan sulfur. Walaupun hanya sedikit tetapi dapat mencapai 5 % untuk beberapa kotoran (Meynell, 1976).



Karakteristik dari metana murni adalah mudah terbakar (Lapp and Robertson, 1981) selain itu dapat mengakibatkan ledakan (Meynell, 1976). Kandungan metana dengan udara akan menentukan pada kandungan berapa campuran yang mudah meledak dapat dibentuk. Pada LEL (lower explosive limit) 5.4 % metana dan UEL(upper explosive limit) 13.9% basis volume. Dibawah 5.4% tidak cukup metana sedangkan, diatas 14% terlalu sedikit oksigen untuk menyebabkan ledakan. Temperatur yang dapat menyebabkan ledakan sekitar 650 – 750 oC, percikan api dan korek api cukup panas untuk menyebabkan ledakan (Meynell, 1976).



Metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibanding dengan karbondioksida, selain mudah meledak diketahui merupakan faktor utama pada fenomena pemanasan global (Qasim,1994). Sedangkan untuk karbondioksida dapat menjadi penyebab peningkatan mineral pada air tanah serta membentuk asam karbonik (Damanhuri, 2004). Untuk itu perlu pengelolaan dari gas yang dihasilkan dari dekomposisi sampah.



Pencemaran air tanah oleh lindi

Lindi (Leachate) adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi materi sampah atau dapat pula didefinisikan sebagai limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal kedalam timbunan sampah melarutkan dan membilas materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis (Damanhuri, 2004).

Zat pencemar organik dan anorganik yang tinggi biasanya merupakan bagian dari lindi. Konsentrasi puncak dari COD dan total solid diatas 50.000 mg/L adalah biasa. Bagaimana pun juga lindi memiliki konsentrasi pencemar yang berbeda beda di tiap lahan berdasarkan umurnya. Peneliti mengatakan bahwa landfill yang masih muda memiliki lindi dengan kekuatan tinggi, dilusi dan penggunaan mikroba dapat menurunkan kekuatan lindi pada landfill yag berumur tua (Qasim, 1994). Tabel 1 menunjukkan komposisi lindi dari landfill berdasarkan umurnya.

Lindi yang berasal dari dekomposisi sampah mengandung bahan pencemar yang dapat menjadi sumber dari polusi air bila terlepas hingga badan air atau air tanah (Qasim, 1994).



Air yang masuk kedalam sampah merupakan sumber dari lindi yang dapat mencemari lingkungan. Pengadaan sistem pengolahan lindi sangat dibutuhkan untuk mengurangi pencemaran air yang dapat terjadi bila lindi keluar dan masuk ke dalam badan air. Setelah lindi dikumpulkan, lindi dapat diolah terlebih dahulu hingga batas yang diijinkan sebelum dibuang ke badan air.

bahaya kemasan plastik..

Pernah memperhatikan kode di atas ? Biasanya ada dikemasan plastik.


Keterangan dari kode di atas :

1 : Polyethylene Terephalate (PET/PETE)

Jika terdapat kode ini dalam sebuah bahan plastik, maka benda tersebut hanya dapat digunakan 1 X pakai. Hal ini dikarenakan zat kimia yang terdapat dalam kemasan jika semakin lama tersimpan maka zat kimia tersebut semakin banyak yang terlarut. Jangan memakai untuk menyimpan zat panas dalam kemasan ini karena zat polimernya akan meleleh dan akhirnya mempercepat pelarutan dalam makanan ataupun minuman.



Catatan : Nah Looo... coba periksa dibagian bawah Botol Air Minum Dalam Kemasan Kita... ternyata kode nya ini!!! artinya, jangan lagi masukin teh anget ke dalam nih gelas... hikkksss

2 : High Density Polyethylene (HDPE)

HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan dan minuman yang dikemasnya. Biasanya barang yang dikemas menggunakan kode ini terlihat buram. Namun HDPE hanya disarankan sekali pakai saja karena terdapat senyawa bernama antimoni trioksida yang terus meningkat. Biasanya terdapat pada galon, botol susu bayi, alat kosmetik.

3 : Polyvinyl Chloride (PVC)

Jenis plastik dengan kode ini lebih sulit untuk didaur ulang. PVC mengandung zat bernama DEHA. Jika dalam keadaan suhu lebih dari 150 derajat akan bereaksi dengan makanan ataupun minuman dan dapat menyebabkan kanker, ginjal, dan masalah berat badan. Biasanya terdapat pada mainan anak-anak, kemasan bahan bangunan, pipa.

4 : Low Density Polyethylene (LDPE)

Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Pada suhu di bawah 60 derajat celsius sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.



5 : Polypropylene (PP)

Carilah dengan kode angka 5, jika membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman. Kode PP terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk produk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.Karakteristik berupa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.

6 : Polystyrene (PS)

Bahan yang tertera kode ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf. Bahan itu juga sulit didaur ulang. Jika harus didaur ulang, PS memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Biasanya kita menemukan kode ini pada sterofoam.

PS dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.

7 : Kategori lainnya (Other)

Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER yang merupakan gabungan dari SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene) dan PC (polycarbonate, Nylon).

OTHER dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. Zat policarbonate yang terdapat dalam plastik ini juga sangat berbahaya pada bagi tubuh manusia.



Zat kimia yang ada di plastik sampai saat ini sulit dihilangkan dalam penggunaannya. Sebagai konsumen, kita hendaknya berhati-hati dalam memilih makanan. Paling tidak mengurangi bahaya yang masuk ke dalam tubuh kita sendiri.